Text
Buku Saku Filsafat Islam
Tak benar bahwa agama Islam menyatakan bahwa penganutannya bermula dari iman. Dalam Islam, dalam hal ini paham rasionalistik Islam (ta‘aqqulî), keimanan datang belakangan setelah atau, paling cepat, bersamaan dengan akal. Menurut paham ini, agama harus dipahami secara rasional. Bahkan, bagi sebagian orang, adalah menjadi tugas setiap individu Muslim untuk berupaya sampai kepada kepercayaan (‘aqîdah) yang benar tentang Islam lewat pemikirannya sendiri. Dengan demikian, sampai batas tertentu keraguan skeptisisme sehat memang dipromosikan di sini. “Agama,” kata sang Nabi, “adalah akal. Tak ada agama bagi orang yang tidak berakal.” Kedua, tak pula benar bahwa filsafat Islam sepenuhnya mulai dari keraguan.
Ketersediaan
PD00625 | 108 Hai B | GMD | Tersedia - TIPE MEDIA |
Informasi Detail
- Judul Seri
-
-
- No. Panggil
-
108 Hai B
- Penerbit
-
Bandung :
Mizan.,
2005
- Deskripsi Fisik
-
E-BOOK
- Bahasa
-
Indonesia
- ISBN/ISSN
-
979-433-424-3
- Klasifikasi
-
108
- Tipe Isi
-
-
- Tipe Media
-
-
- Tipe Pembawa
-
-
- Edisi
-
Cet. 1
- Subjek
-
- Info Detail Spesifik
-
-
- Pernyataan Tanggungjawab
-
-
Versi lain/terkait
Tidak tersedia versi lain
Lampiran Berkas
Tak benar bahwa agama Islam menyatakan bahwa penganutannya bermula dari iman. Dalam Islam, dalam hal ini paham rasionalistik Islam (ta‘aqqulî), keimanan datang belakangan setelah atau, paling cepat, bersamaan dengan akal. Menurut paham ini, agama harus dipahami secara rasional. Bahkan, bagi sebagian orang, adalah menjadi tugas setiap individu Muslim untuk berupaya sampai kepada kepercayaan (‘aqîdah) yang benar tentang Islam lewat pemikirannya sendiri. Dengan demikian, sampai batas tertentu keraguan skeptisisme sehat memang dipromosikan di sini. “Agama,” kata sang Nabi, “adalah akal. Tak ada agama bagi orang yang tidak berakal.” Kedua, tak pula benar bahwa filsafat Islam sepenuhnya mulai dari keraguan.
Komentar
Anda harus masuk sebelum memberikan komentar